Isnin, 7 Oktober 2013
Libya wants answers over raid by US commandos PM suggests he was not informed of operation to seize alleged al-Qaeda man wanted for East Africa embassy bombings.
Libya has called for an explanation after the US captured a man it alleges is an al-Qaeda leader during a raid in Tripoli.
Ali Zeidan, Libya's prime minister, suggested on Sunday that his government was not informed of the plan before US commandos seized Nazih Abdul-Hamed al-Ruqai, known by his alias Anas al-Liby, in the Libyan capital on Saturday.
"The Libyan government is following the news of the kidnapping of a Libyan citizen who is wanted by US authorities," Zeidan said in a statement. "The Libyan government has contacted to US authorities to ask them to provide an explanation."
US Secretary of State John Kerry said on Monday that the capture was "appropriate and legal".
The US top diplomat told journalists at a meeting of the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) forum in Indonesia's Bali island that the US does "everything in its power that is appropriate and legal" to hunt down al-Qaeda members.
But he added that Washington "does not go into the specifics" with foreign governments about operations such as the one that led to the capture of Libi.
Liby is wanted by the US for his alleged role in the East Africa embassy bombings that killed 224 people in 1998. The US had offered $5m for information leading to his capture.
US Secretary of Defence Chuck Hagel praised the US military on Sunday saying that the raid underlined the precision, global reach and capabilities of the US forces.
George Little, a spokesman for the US Defence Department, said that Liby was being "lawfully detained by the US military in a secure location outside of Libya".
Al Jazeera's Jeanne Meserve, reporting from Washington, added that even though the US had said that Liby would be interrogated where he was being held before he was brought to justice, it was unclear whether he would be brought to justice in a US courtroom or a miltary tribunal.
'Work of piracy'
Mohammed El-Hadi, Al Jazeera's correspondent in Tripoli, quoted Liby's wife as saying that he was seized as he headed to morning prayer by eight to 10 masked men.
"His wife saw the men getting out of two cars in front of the house … she added that the masked men immediately attacked him before he could get out of his car," our correspondent said.
"She said she was listening to them and heard some of them speaking in a Libyan dialect ... and some information indicated they were Libyan special forces.
" Nabih al-Ruqai, Liby's brother, blamed foreign troops for using illegal methods: "This is a work of piracy from foreign troops on Libyan land to kidnap my brother, they were supposed to present legal documents to the Libyan government and my brother should be tried here in Libya - like any Libyan."
The raid in Libya coincided with a failed attempt in Somalia to seize Ahmed Godane, a leader of the al-Qaeda-linked group al-Shabab. The New York Times quoted an unnamed US security official as saying that the raid in Barawe was in response to the al-Shabaab assault last month on the Westgate mall in Kenya, which left at least 71 people dead.
Commenting on the attack, Kerry warned al-Qaeda fighters that they "can run but they cannot hide". Al Jazeera's Peter Greste, reporting from Somalia's capital Mogadishu, said US sources confirmed they had failed to capture or kill their intended target.
In contrast to Libya's statement, Somalia's Prime Minister Abdi Farah Shirdo said "our cooperation with international partners on fighting against the terrorism is not a secret". "Understand me, that fighting is not a secret. And our interest is to get a peaceful Somalia and free from terrorism and problems."
Sumber: Al Jazeera
______________________________________________
Amerika yang biadap! Itu sahaja aku boleh cakap! Kau pertahankan kedaulatan kau dengan menceroboh kedaulatan orang lain!
Khamis, 18 April 2013
CIIA: AS Politisir Dan Dramatisasi Insiden Bom Boston Untuk Hantam Umat Islam
CIIA: AS politisir dan dramatisasi insiden bom Boston untuk hantam umat Islam Saif Al Battar Kamis, 7 Jumadil Akhir 1434 H / 18 April 2013 10:08 JAKARTA (Arrahmah.com) – Dunia sepertinya sangat bersimpati ketika terjadi insiden bom di garis finish lomba Marathon di Boston beberapa waktu yang lalu. Hampir seluruh pemimpin negara menyampaikan belasungkawa dan simpati mereka kepada para korban tragedi tersebut. Hanya tiga orang yang tewas, namun simpati dunia sudah langsung tertuju kepada Amerika yang menjadi korban serangan. Berbanding terbalik jika korban tewas adalah umat Islam. Di Suriah, Palestina, Myanmar, bahkan terakhir di Afghanistan serangan pasukan AS menewaskan belasan anak-anak tak bersalah, tidak banyak yang memberikan rasa simpatinya seperti simpati tragedi bom Boston.
Melihat hal tersebut, Islampos.com meminta tanggapan dari seorang pakar pemerhati kontra terorisme ustadz Harits Abu Ulya yang juga Direktur CIIA. Menurut beliau ada beberapa hal yang perlu dilihat dari insiden bom Boston. Pertama, dari peristiwa ini menggambarkan betapa emosional dan tidak rasionalnya masyarakat Amerika menghadapi teror. Investigasi obyektif belum dapat mengungkap pelakunya tapi masyarakat Amerika sudah curiga bahkan menuduh entitas muslim sebagai pelakunya.
Kedua, sentimen terhadap muslim dan islamfobia makin kuat di masyarakat Amerika dengan adanya momentum bom Boston. Dan sejatinya ini adalah akumulasi panjang dari opini dan propaganda tentang terorisme yg diatribusi oleh media barat kepada Islam, jelasnya kepada islampos.com beberapa saat yang lalu. Dan terakhir menurut paparan beliau adalah bahwa ada kemungkinan jika Amerika tidak bisa menangkap pelaku serangan bom Boston, maka bisa dipolitisir dan didramatisasi insiden “bom boston”.
“Jika pemerintah Amerika tidak bisa menangkap pelaku serangan bom Boston, kemungkinan besar Amerika akan mempolitisir dan mendramatisasi insiden tersebut sebagai sebuah aksi terorisme dan pemerintah Amerika akan menabuh genderang perang melawan terorisme jilid II pasca runtuhnya WTC. Dan tentu saja dampaknya kembali umat Islam akan jadi korban dan kambing hitam dari “state terrorism” Amerika dan sekutunya,” pungkasnya. - See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/04/18/ciia-as-politisir-dan-dramatisasi-insiden-bom-boston-untuk-hantam-umat-islam.html#sthash.mRjvzb4r.dpuf -
See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/04/18/ciia-as-politisir-dan-dramatisasi-insiden-bom-boston-untuk-hantam-umat-islam.html#sthash.mRjvzb4r.dpuf
Khamis, 3 Januari 2013
Inna lillah, rezim Syiah Irak penjarakan 5000 muslimah sunni Muhib Al-Majdi
"Jelas sekali Al-Maliki tidak mengambil pelajaran dan tidak tahu bahwa rakyat Irak adalah pemegang kehendak dan pelaku revolusi. Ialah bangsa yang telah menghadapi penjajah Amerika sehingga menimpakan kerugian besar dan menewaskan lebih dari 40 ribu tentaranya. Belum lagi kehancuran kendaraan-kendaraan tempur dan kerugian materi yang mencapai triliunan dolar." kata Adh-Dhari kepada TV Al-Jazera.
Menurut Adh-Dhari, tuntutan rakyat Irak yang saat ini menggelar demonstrasi masih jauh lebih kecil dari besarnya kezaliman dan penindasan yang dilakukan oleh rezim Syiah Nouri Al-Maliki. Namun telah jelas sekali bahwa Al-Maliki tidak mengindahkan sedikit pun tuntutan rakyat Irak. Apalagi tuan-tuan Al-Maliki, terlebih tuan-tuannya di Iran, tidak menyetujui tuntutan tersebut.
Menjawab pertanyaan TV Al-Jazera tentang tuntutan pembebasan terhadap para wanita muslimah sunni yang dipenjarakan secara zalim oleh rezim Syiah Irak, syaikh Adh-Dhari menegaskan bahwa tuntutan tersebut tak lebih dari 1 persen besarnya kezaliman rezim Al-Maliki.
Syaikh Adh-Dhari mengingatkan bahwa saat ini lebih dari 5000 muslimah suni masih mendekam di penjara-penjara rezim Syiah Irak. Bukan hanya 400 muslimah sunni, seperti digembar-gemborkan oleh kaki tangan rezim Al-Maliki. Di penjara Al-Kazhimiyah saja, terdapat lebih dari 500 tahanan muslimah sunni yang melahirkan bayi akibat diperkosa secara brutal oleh tentara dan sipir rezim Syiah Iran.
Syaikh Adh-Dhari menyebutkan bahwa PM Al-Maliki tidak akan melepaskan para muslimah sunni yang ditahan dalam penjara-penjara karena akan mengakibatkan terbongkarnya kebiadaban rezim Syiah Irak boneka NATO dan Iran tersebut.
Demonstrasi-demonstrasi rakyat Irak yang selama tiga pekan terakhir berlangsung di sebagian besar propinsi dan kota, menurut Adh-Dhari, adalah gerakan rakyat bukan gerakan kelompok tertentu. Suku bangsa Arab, Kurdistan dan Turkman bersatu dalam aksi-aksi demo tersebut. Bahkan kota-kota dengan mayoritas penduduk Syiah seperti Karbala juga mengirimkan ribuan warganya untuk bergabung dengan para demonstran muslim sunni. (muhib almajdi/arrahmah.com)
Isnin, 17 Disember 2012
Serangan udara rezim Assad hantam kamp pengungsian Palestina di distrik Yarmouk
Pasukan rezim Alawiyah untuk pertama kalinya memukul kamp pengungsian terbesar di mana para pengungsi Palestina tinggal dengan serangan udara pada Ahad (16/12/2012), menewaskan sedikitnya delapan orang di distrik Yarmouk, Damaskus.
Di Yarmouk, mayat yang terbakar berserakan di depan Masjid Sheik Abdul Qader, yang telah menjadi shelter bagi pengungsi Palestina dan warga Suriah yang terlantar akibat pertempuran di daerah lain. Menit sebelumnya, jet tempur rezim menembakkan roket ke kamp tersebut. Wanita dan anak-anak menangis, para pria berkemas dan mencari jalan untuk melarikan diri.
"Selama beberapa dekade, rezim Assad berbicara tentang hak-hak Palestia," ujar seorang pengungsi Palestina bernama Abu Ammar saat mencoba melarikan diri dari kamp Yarmouk di tepi selatan Damaskus. "Tapi Bashar al-Assad telah membunuh banyak dari kami hari ini dibanding yang dilakukan Israel dalam perang terbaru di Gaza," lanjutnya.
Dalam peristiwa lainnya di hari yang sama (16/12), Wakil Presiden Assad mengklaim bahwa tidak ada pihak yang bisa memenangkan perang dan menyerukan "kemitraan" dalam pemerintahan bersau, sebuah tanda bahwa beberapa pihak dalam pemerintah tengah mengeksplorasi cara-cara baru untuk keluar dari krisis.
Beberapa sekutu Assad mengisyaratkan dorongan untuk solusi damai. Kementerian Luar Negeri Iran menyerukan diakhirinya aksi militer, pembebasan tahanan politik dan dialog untuk membentuk pemerintahan transisi, lapor harian Iran. (haninmazaya/arrahmah.com)
Isnin, 17 September 2012
Iran secara rasmi mengakui tentera mereka berada di Syria untuk membantu Assad
Pejabat militer Iran juga mengatakan bahwa Teheran mungkin mengambil tindakan militer jika sekutu terdekatnya itu diserang oleh pasukan asing.
Pernyataan komandan Garda Revolusi Iran, Mohammad Ali Jafari, hari Minggu kemarin (16/9) itu merupakan pengakuan resmi pertama mengenai kehadiran militer Iran di Suriah, di mana aksi penindakan keras pemerintah terhadap pemberontak oposisi yang telah berlangsung 18 bulan mengakibatkan ribuan orang tewas.
Media Iran mengutip Jafari yang mengatakan bahwa sejumlah anggota Pasukan Quds hadir di Suriah. Ia tidak menyebutkan berapa jumlahnya tetapi mengatakan mereka memberi bantuan intelektual dan konsultasi.
Pasukan Quds adalah unit Garda Revolusi yang dibentuk untuk menyebarkan ideologi Syiah Iran ke luar negara itu. Pasukan ini dituduh merencanakan serangan-serangan di Irak sejak tersingkirnya mendiang diktator Saddam Hussein.
Para pejabat Amerika bulan ini menyatakan bahwa Irak memfasilitasi pengiriman senjata ke Suriah dengan membuka wilayah udaranya bagi pesawat Iran. Baghdad menyangkal tuduhan tersebut.(fq/voa)
Jumaat, 17 Ogos 2012
TAKLIMAT DARI PRESIDEN MAJLIS ULAMA ROHINGYA (MUR) TENTANG RUSUHAN KAUM DI ARAKAN, MYANMAR
Sumber: Sini
______________________________________________
Serius! Aku tak rasa nak raya tahun ni.
Isnin, 23 Julai 2012
Anggota Milisi Syi'ah Shabiha, memperkosa dan membunuh demi 450 USD per bulan
Darah aku dah mendidih dengaq berita-berita macam ni. Dengan kes Marwa Sharbini lagi, Dr. Aafia Siddiqui lagi. Si s#@#&n sekor kat atas ni lagi.
Khamis, 7 Jun 2012
AS akan terus serang al-Qaeda di Pakistan
“Kedaulatan Amerika juga diancam oleh kumpulan yang turut berada di Pakistan dalam merancang serangan pada 11 September," katanya semasa lawatan ke India semalam. - AFP
Rabu, 16 Mei 2012
Video - Seorang kanak-kanak lelaki membaca Al-Quran untuk menahan rasa sakit
Rabu, 14 Mac 2012
Hakim, Nenek Dan Ubi Kayu

Sangat mengharukan, seorang hakim bernama Marzuki di Mahkamah Indonesia berasa sebak dengan penerangan pesalah seorang nenek tua yang mengaku salah mencuri ubi kayu.
Di ruang mahkamah pengadilan, seorang hakim duduk termenung menyemak pertuduhan kepada seorang nenek yang dituduh mencuri ubi kayu. Nenek itu merayu bahawa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, dan cucunya kelaparan. Namun pengurus ladang tuan punya ladang ubi tersebut tetap dengan tuntutannya supaya menjadi iktibar kepada orang lain.
Hakim menghela nafas dan berkata, “Maafkan saya, bu”, katanya sambil memandang nenek itu.
”Saya tidak dapat membuat pengecualian undang-undang, undang-undang tetap undang-undang, jadi anda harus dihukum. Saya mendenda anda Rp 1 juta (lebih kurang RM350) dan jika anda tidak mampu bayar maka anda harus masuk penjara 2.5 tahun, seperti tuntutan undang-undang”.
Nenek itu tertunduk lesu. Namun tiba-tiba hakim menbuka topi hakimnya, membuka dompetnya kemudian mengambil & memasukkan wang Rp 1 juta ke topinya serta berkata kepada hadirin yang berada di ruang mahkamah.
‘Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada setiap orang yang hadir di ruang mahkamah ini, sebesar Rp 50 ribu (lebih kurang RM17), kerana menetap di bandar ini, dan membiarkan seseorang kelaparan sehingga terpaksa mencuri untuk memberi makan cucunya.
“Saudara pendaftar, tolong kumpulkan denda dalam topi saya ini lalu berikan semua hasilnya kepada yang tertuduh”
sebelum tukul diketuk nenek itu telah mendapatkan sumbangan wang sebanyak Rp 3.5 juta dan sebahagian telah dibayar kepada mahkamah untuk membayar dendanya, setelah itu dia pulang dengan wajah gembira dan terharu dengan membawa baki wang termasuk wang Rp 50 ribu yang dibayar oleh pengurus ladang yang mendakwanya.
Kisah ini sungguh menarik dan boleh di share untuk menjadi contoh kepada penegak undang-undang di Malaysia agar bekerja menggunakan hati nurani dan mencontohi hakim Marzuki yang berhati mulia ini.
Isnin, 13 Februari 2012
Dokumen Rahasia Ungkap Peran Iran dalam Penindasan Revolusi Suriah

Teheran terus memberikan dukungannya terhadap rezim Bashar al-Assad, di mana mereka memberikan dukungan hingga satu miliar dolar untuk mengatasi sanksi yang dikenakan terhadap Suriah yang melakukan penindasan terhadap pemberontakan rakyatnya sendiri.
Dokumen rahasia Suriah mengungkapkan bahwa Teheran telah mengalokasikan satu miliar dolar untuk mengimpor barang dalam upaya membantu rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatasi sanksi minyak dan perbankan yang dijatuhkan kepada pemerintahannya.
Dokumen rahasia yang terbongkar adalah milik Kementerian Urusan Kepresidenan Suriah. Dan menurut laporan media dokumen itu menyatakan bahwa Iran telah menyiapkan satu miliar dolar untuk mengimpor barang-barang dari produk Suriah. Selain itu Iran juga akan mengekspor bahan dan peralatan serta bahan baku yang dibutuhkan oleh pasar Suriah.
Laporan media menjelaskan bahwa dokumen ini bocor setelah terjadinya "pembajakan" terhadap e-mail Kantor Assad baru-baru ini.
Dokumen rahasia yang ditandatangani oleh Menteri Urusan Kepresidenan Mansour Azzam, pada Desember tahun lalu, merangkum pembicaraan antara delegasi pejabat tinggi Iran dan Suriah, terkait bagaiman mengatasi sanksi-sanksi negara Barat dan Arab terhadap Suriah dengan mengkaji pengalaman dari Iran.
Dokumen itu mengatakan adanya kunjungan delegasi Iran ke Suriah, yang termasuk 10 pejabat dari Kantor Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dan bank sentral Iran serta sejumlah kementerian. Dan delegasi bertemu dengan Perdana Menteri Suriah Adel Safar, Gubernur Bank Sentral Suriah dan menteri keuangan, sembari mengumumkan adanya alokasi satu miliar dolar untuk membeli produk Suriah, dengan imbalan Suriah menyetujui Iran akan memasok pupuk dan bahan baku untuk pembuatan petrokimia yang dibutuhkan oleh Suriah.
Delegasi Iran tersebut juga berjanji untuk membeli 150 ribu barel minyak mentah per hari Suriah untuk satu tahun. Kedua negara juga membahas cara mengatasi sanksi yang dikenakan pada sektor penerbangan.
Kedua belah pihak memutuskan untuk mendirikan sebuah bank bersama dan mentransfer uang melalui Rusia dan Cina.
(fq/imo)
Rabu, 8 Februari 2012
BERITA HANGAT!!

'It really makes me think about becoming a Muslim': Liam Neeson considers converting to Islam following trip to Istanbul
By KIRSTY MCCORMACK
Last updated at 12:35 AM on 26th January 2012
Comments (290)
Share
He may have been named after the local priest in his Irish hometown but Liam Neeson could be leaving his Roman Catholic beliefs behind. The 59-year-old actor is said to be considering converting to Islam following a working trip to Istanbul. According to The Sun, Neeson admitted that Islamic prayer 'got into his spirit' while he was filming in Turkey.

A different faith: Liam Neeson, pictured here on the Late Night With Jimmy Fallon Show this month, is reportedly considering converting to Islam.
"There are 4,000 mosques in the city. Some are just stunning, and it really makes me think about becoming a Muslim.'
"The most beautiful thing": The actor learned a lot more about the religion after he spent time filming in Istanbul
"I'm constantly reading books on God or the absence of God and atheism."
Tough guy: Neeson plays a man stuck in Alaska after a plane crash in his latest movie
Read more: http://www.dailymail.co.uk/tvshowbiz/article-2091786/Liam-Neeson-considers-converting-Islam-following-trip-Istanbul.html#ixzz1lnTauNFn

Khamis, 2 Februari 2012
Jumaat, 20 Januari 2012
Ahad, 8 Januari 2012
US Government Paid Dutch Researchers To Mutate Deadly H5N1 Virus And Make It Go AIRBORNE!!!
“You are not going to believe this one,” he told Ron Fouchier, a virologist at the Erasmus Medical Center in Rotterdam. “I think we have an airborne H5N1 virus.”
The news, delivered one afternoon last July, was chilling. It meant that Dr. Fouchier’s research group had taken one of the most dangerous flu viruses ever known and made it even more dangerous – by tweaking it genetically to make it more contagious.
What shocked the researchers was how easy it had been, Dr. Fouchier said. Just a few mutations was all it took to make the virus go airborne.
The discovery has led advisers to the United States government, which paid for the research, to urge that the details be kept secret and not published in scientific journals to prevent the work from being replicated by terrorists, hostile governments or rogue scientists.
Journal editors are taking the recommendation seriously, even though they normally resist any form of censorship. Scientists, too, usually insist on their freedom to share information, but fears of terrorism have led some to say this information is too dangerous to share.
Some biosecurity experts have even said that no scientist should have been allowed to create such a deadly germ in the first place, and they warn that not just the blueprints but the virus itself could somehow leak or be stolen from the laboratory.
Dr. Fouchier is cooperating with the request to withhold some data, but reluctantly. He thinks other scientists need the information.
The naturally occurring A(H5N1) virus is quite lethal without genetic tinkering. It already causes an exceptionally high death rate in humans, more than 50 percent. But the virus, a type of bird flu, does not often infect people, and when it does, they almost never transmit it to one another.
If, however, that were to change and bird flu were to develop the ability to spread from person to person, scientists fear that it could cause the deadliest flu pandemic in history.
The experiment in Rotterdam transformed the virus into the supergerm of virologists’ nightmares, enabling it to spread from one animal to another through the air. The work was done in ferrets, which catch flu the same way people do and are considered the best model for studying it.
“This research should not have been done,” said Richard H. Ebright, a chemistry professor and bioweapons expert at Rutgers University who has long opposed such research. He warned that germs that could be used as bioweapons had already been unintentionally released hundreds of times from labs in the United States and predicted that the same thing would happen with the new virus.
“It will inevitably escape, and within a decade,” he said.
But Dr. Fouchier and many public health experts argue that the experiment had to be done.
If scientists can make the virus more transmissible in the lab, then it can also happen in nature, Dr. Fouchier said.
Knowing that the risk is real should drive countries where the virus is circulating in birds to take urgent steps to eradicate it, he said. And knowing which mutations lead to transmissibility should help scientists all over the world who monitor bird flu to recognize if and when a circulating strain starts to develop pandemic potential.
“There are highly respected virologists who thought until a few years ago that H5N1 could never become airborne between mammals,” Dr. Fouchier said. “I wasn’t convinced. To prove these guys wrong, we needed to make a virus that is transmissible.”
Other virologists differ. Dr. W. Ian Lipkin of Columbia University questioned the need for the research and rejected Dr. Fouchier’s contention that making a virus transmissible in the laboratory proves that it can or will happen in nature. But Richard J. Webby, a virologist at the St. Jude Children’s Research Hospital in Memphis, said Dr. Fouchier’s research was useful, with the potential to answer major questions about flu viruses, like what makes them transmissible and how some that appear to infect only animals can suddenly invade humans as well.
“I would certainly love to be able to see that information,” Dr. Webby said, explaining that he has a freezer full of bird flu viruses from all over the world. “If I detect a virus in our activities that has some of these changes, it could change the direction of what we do.”
Some scientists dismiss fears of bioterrorism via influenza, because flu viruses would not make practical weapons: they cannot be targeted, and they would also infect whoever deployed them.
Dr. Fouchier said it would be easier to weaponize other germs. Which ones? He would not answer.
“That should tell you something,” he said. “I won’t tell you what I as a virologist would use, but I would publish this work.”
However, some experts argue that appeals to logic are useless.
“You can’t know who might try to re-create H5N1,” said Michael T. Osterholm, director of the Center for Infectious Disease Research and Policy at the University of Minnesota.
The A(H5N1) bird flu was first recognized in Hong Kong in 1997, when chickens in poultry markets began dying and 18 people fell ill, 6 of them fatally. Hoping to stamp out the virus, the government in Hong Kong destroyed the country’s entire poultry industry – killing more than a million birds – in just a few days. Buddhist monks and nuns in Hong Kong prayed for the souls of the slaughtered chickens, and world health officials praised Hong Kong for averting a potential pandemic.
But the virus persisted in other parts of Asia, and reached Europe and Africa; that worries scientists, because most bird flus emerge briefly and then vanish. Millions of infected birds have died, and many millions more have been slaughtered. Since 1997, about 600 humans have been infected, and more than half died.
Dr. Donald A. Henderson, a leader in the eradication of smallpox and now a biosecurity expert at the University of Pittsburgh, noted that even the notorious flu pandemic of 1918 killed only 2 percent of patients.
“This is running at 50 percent or more,” Dr. Henderson said. “This would be the ultimate organism as far as destruction of population is concerned.”
Dr. Fouchier was working on AIDS when the first bird flu outbreak occurred. He immediately became fascinated by the new disease and gave up AIDS to study it. He has worked on bird flu for more than a decade.
The medical center in Rotterdam built a special 1,000-square-foot virus lab for this work, a locked-down place where people work in spacesuits in sealed chambers with filtered air and multiple precautions to keep germs in and intruders out and to protect the scientists from infection. Dr. Fouchier said that even more security measures had been added recently because of the publicity about his work.
The Dutch government and the United States Centers for Disease Control and Prevention approved the laboratory, and the National Institutes of Health gave the Erasmus center a seven-year contract for flu research.
Because a government advisory panel has recommended that the full recipe for mutating the bird flu virus not be published, Dr. Fouchier declined to explain much about how it was done.
But he previously described the work at a public meeting, and various publications have reported that the experiment involved creating mutations in the virus and then squirting it into the respiratory tracts of ferrets. When the ferrets got sick, the researchers would collect their nasal secretions and expose other ferrets to the virus. After repetitions of this process, a strain of virus emerged from sick ferrets last summer that could infect animals in nearby cages without being squirted into them – just by traveling through the air.
The published reports say five mutations were all it took to transform the virus. Dr. Fouchier declined to confirm or deny that, and would say only that it took “a handful” of mutations.
Looking back on that day in July with Sander Herfst, the member of his team who told him the virus had gone airborne, Dr. Fouchier said, “We both needed a beer to recover from the shock.”
Then they planned their next step, repeating the experiment to make sure the results were reliable. There was one major obstacle: they had run out of ferrets. They ordered a new shipment from Scandinavia. So they had to wait several weeks to find out whether their discovery was real. Dr. Herfst took a vacation, timed to end the day the ferrets arrived.
They ran the tests again. Once more, A(H5N1) went airborne.
Isnin, 28 November 2011
Pakistan arah AS kosongkan pangkalan udara
2011/11/28
ISLAMABAD: Kerajaan Pakistan mendesak Amerika Syarikat mengosongkan pangkalan udara di negaranya dalam masa 15 hari kerana mengesyaki Agensi Perisikan Pusat (CIA) menggunakan ia untuk mengendalikan pesawat kawalan jauh.
Desakan itu dibuat kelmarin selepas helikopter dan jet pejuang Pertubuhan Perjanjian Atlantik Utara (NATO) menyerang dua pos pemeriksaan tentera Pakistan di sepanjang sempadan Afghanistan, menyebabkan 28 anggota tentera maut.
Islamabad menggariskan tuntutan itu dalam kenyataan yang dihantar kepada wartawan berikutan mesyuarat jawatankuasa pertahanan tergempar yang dipengerusikan Perdana Menteri, Yousuf Raza Gilani.
Pangkalan Udara Shamsi terletak di wilayah Baluchistan. Amerika disyaki menggunakan kemudahan itu pada masa lalu untuk melancarkan pesawat bersenjata kawalan jauh dan pesawat pemantau untuk mengenakan tekanan ke atas pergerakan Taliban dan al-Qaeda di wilayah terpencil Pakistan.
Kejadian kelmarin terus menjadikan hubungan Amerika dan Pakistan yang sudah pun tegang, semakin buruk. Pakistan membalas dengan menutup laluan bekalan utama NATO ke Afghanistan, yang digunakan untuk menghantar material tidak membahayakan pakatan itu.
Serangan itu adalah kejadian tunggal paling buruk seumpamanya sejak Pakistan seolah-olah terpaksa berpakat dengan Washington berikutan tragedi 11 September 2001.
Hubungan antara kedua-dua negara, sekutu dalam kempen memerangi keganasan, tegang berikutan pembunuhan pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden oleh pasukan khas Amerika dalam satu serbuan di Abbottabad Mei lalu, yang disifatkan Pakistan mencabul kedaulatannya.
“Ini adalah serangan ke atas kedaulatan Pakistan. Kami tidak akan membenarkan sebarang bentuk serangan ke atas kedaulatan Pakistan,” kata Gilani.
Kementerian Luar berkata ia akan membawa perkara itu dalam nada paling tegas dengan NATO dan Amerika. –Agensi
Khamis, 10 November 2011
Selasa, 8 November 2011
Bendera Israel berkibar di Malaysia?
KAPAL Zim USA yang didaftarkan di Israel ini kali terakhir memasuki Pelabuhan Klang pada 20 Jun.
BENAR seperti kata negarawan ulung, Tun Dr. Mahathir Mohamad, kita mudah lupa. Ingat lagi semasa Gaza diserang bertalu-talu, seluruh rakyat Malaysia, terutamanya orang Islam bagai nak gila. Demonstrasi sana-sini. Minta diboikot itu dan ini, barangan yang dikeluarkan oleh Yahudi dan yang diasaskan dari Israel.
Lepas sebulan serangan ke atas Gaza tamat, pemikiran kita mula lembam, enam bulan selepas itu sedikit demi sedikit mula lupa dan selepas setahun terus lupa.
Kempen-kempen boikot dan amarah kita sudah hilang sehinggalah seminggu ini. Sejak minggu lalu kita bangkit semula. Solat hajat diadakan semula di sana-sini. Televisyen dan akhbar-akhbar penuh dengan berita dan komentari (termasuklah Cuit ini hari ini) mengenai kisah Israel, Yahudi dan kekejamannya. Jika Israel tahu mengenai sindrom mudah lupa kita, sudah pasti mereka akan ketawa terbahak-bahak. Tapi bangsa Yahudi ini bijak, mereka memang tahu tabiat kita, terutamanya umat Islam dan orang Melayu kita ini. Kita ini hanya akan melompat ikut musim. Itu pasal Israel suka menyerang ikut musim. Ada musim-musim tertentu mereka akan bertindak dan sekali gus dunia (terutamanya dunia Islam) akan melompat. Kemudian senyap.
Tujuan mereka ialah supaya semua orang ingat akan (kewujudan) negara Israel itu.
Dari segi dasar kerajaan, Malaysia memang konsisten. Kita adalah antara segelintir negara Islam dan di dunia yang tidak menjalinkan hubungan diplomatik dengan Israel. Langkah kerajaan itu amat kita sanjung. Kita berharap selagi ada negara Yahudi haram itu, kita tidak akan mengiktiraf kewujudannya sampai bila-bila.
Begitu juga hubungan dagangan dengan negara itu. Secara automatik hubungan itu tidak berlaku, kerana kita tiada hubungan diplomatik. Mengikut undang-undang antarabangsa, Israel tidak boleh juga menahan rakyat kita kerana kita tiada hubungan yang sah dengannya. Dalam kes yang berlaku ke atas kapal misi kemanusiaan ke Gaza itu, rakyat Malaysia ditahan di laut antarabangsa - bukan dalam kawasan perairannya, itu lagi salah.
Namun, walaupun kita tidak mempunyai hubungan itu, difahamkan ada juga barangan dari negara rejim Yahudi ini memasuki negara ini. Mungkin bukan terus, tapi dari negara ketiga.
Tapi benarkah kapal Israel dibenarkan memasuki ke pelabuhan kita dan melakukan perdagangan dengan negara ini secara terus?
Benarkah itu berlaku? Apakan kerajaan sedar ia berlaku?
Melalui maklumat seorang sahabat yang terlibat secara terus dalam bidang perkapalan, saya melakukan siasatan. Satu maklumat kepada saya kemudiannya mendedahkan senario bagaimana halusnya rejim itu menjalinkan hubungan dagang dengan kita.
Kita jangan cakap perkakasan yang canggih dan besar-besar yang dihantar untuk kegunaan kita di sini dari negara ketiga. Kita cuma bercakap mengenai soal buah epal dan buah oren yang dihantar oleh kapal mereka ke pelabuhan kita. Rakan yang mendedahkan maklumat itu geram kerana kapal kemanusiaan kita dihalau dan diserang, sebaliknya kapal Israel sewenang-wenangnya berlayar dan berdagang di negara ini! Bolehkah pula kapal MISC kita memasuki Pelabuhan Haifa di Israel? Jawapannya, tidak.
Begini bunyi maklumat itu (yang diterjemah dalam bahasa Melayu):
Zim Israel Navigation Company ialah syarikat perkapalan milik Israel. Statusnya lebih kurang macam MISC, syarikat perkapalan nasional kita.
Maklumat mengenai syarikat perkapalan Zim boleh dilayari melalui www.zim.co.il. Di bawah tajuk sejarah, ditulis: Bermula dengan permulaan bersejarah pada 1945 sebagai kapal pengangkut imigran (kaum pendatang) dari wilayah berperang Eropah ke negara harapan bernama Israel, ZIM kini menjadi salah sebuah syarikat perkapalan terbesar yang beroperasi di seluruh dunia. (From historic beginnings in 1945 as a carrier of immigrants from war-torn Europe to the nascent state of Israel, ZIM has become one of the world‘s largest shipping companies with operations throughout the world.)
Kelmarin (7 Jun kapalnya bernama Zim Genova) berlabuh di Pelabuhan Klang membawa kargo-kargo yang besar.
Secara puratanya kapal itu panjangnya kira-kira 253 meter, lebar 32 meter dan boleh membawa muatan sebanyak 4,000 Teu atau bersamaan 4,000 buah kontena 20 kaki. Ia berlayar keluar dari pelabuhan itu kira-kira pukul 7 pagi semalam (8 Jun).
Selain Zim Genova, kapal-kapal Zim lain yang berulang-alik ke Pelabuhan Klang ialah Zim USA (didaftarkan di Israel), Zim Kingston, Zim Monaco (pelabuhan terakhir: Pelabuhan Klang enam hari lalu), Zim Dalian dan Zim Lovorno (yang kesemuanya didaftarkan di beberapa buah negara lain).
Zim USA, misalnya kali terakhir memasuki Pelabuhan Klang ialah sekitar 20 Mei lalu, kira-kira tengah hari (Sila layari http://www.marinetraffic.com/ais/shipdetails.aspx?mmsi=428000109).
Di serombong asapnya (funnel) terpampang bendera Israel – tujuh bintang yang dengan megahkan berlabuh di pelabuhan kita!
Kebanyakan pegawai kapal-kapal itu terdiri daripada rakyat Israel.
Satu lagi e-mel yang diterima berbunyi:
Zim Israel Navigation Company atau Zim Lines juga mempunyai anak syarikat penuhnya iaitu Gold Star Line. Nama kapal-kapalnya ialah: New Asia Middle East Express, China Vietnam Express, East Mediteranean Express, Far East Africa Express dan Chittagong Malaysia Express.
Gold Star Line ini berpangkalan di Hong Kong. Di negara Islam seperti Pakistan, Bangladesh, Indonesia - Zim beroperasi di bawah nama Gold Star Line.
Menurut sumber itu, ada antara kargo dari kapal Zim dikatakan melalui proses pelabelan semula (relabelling) di Singapura sebelum memasuki Malaysia. Difahamkan antara kargo yang dibawa masuk ke Malaysia ialah buah oren dan epal di bawah nama HIFA.
E-mel itu menulis lagi: Sekiranya kita tiada hubungan dua hala dengan Israel, mengapa dibenarkan kapal-kapal mereka memasuki perairan kita? Mengapa berdagang dengan mereka? Apa yang berlaku ini?
Saya tidak boleh jawab soalan itu. Saya hanya boleh tulis dan sampaikan. Jika betul, kita minta -- Kementerian Pengangkutan, Lembaga Pelabuhan Klang (LPK) serta pengendali pelabuhan yang diswastakan iaitu Pelabuhan Barat (West Port) dan Pelabuhan Utara (North Port) - sila jawab, jika salah sila jelaskan.
______________________________________________________________________________
Apa nak hairan. Peninju Israel pun baru-baru ni dapat masuk Malaysia. Siapa kata negara Malaysia ni anti Israel, kita sayang Israel kan? kan? Eh.. siapa yang nak bawa masuk pasukan kriket Israel dulu? Apa, APCO Worldwide? Apa benda tu? sejenis ayam hutan ke?
Jumaat, 21 Oktober 2011
Mayat Muamar Gaddafi diheret dan dikasari
Rakaman televisyen menunjukkan mayat bekas pemimpin Libya, Muammar Gaddafi yang berlumuran darah diheret dan dikasari pasukan tentera anti Gaddafi.
Menurut Reuters, dalam rakaman yang disiarkan stesen Al Arabiya, muka Gaddafi berlumuran darah dan tentera anti-kerajaan mengheret mayat bekas pemimpin itu di atas tanah manakala terdapat kesan luka di kepalanya.
Rangkaian televisyen Al Jazeera pula menyiarkan rakaman mayat Gaddafi yang hampir bogel sehingga paras pinggang diletakkan di atas tanah.Al Jazeera turut menyiarkan gambar mayat Gaddafi di belakang ambulans dan mukanya tidak berlumuran darah.
Pemimpin yang memerintah negara itu selama 42 tahun itu dilaporkan merayu: "Jangan bunuh saya, anak saya."
Beliau dilaporkan masih hidup ketika ditangkap tetapi meninggal dunia sejam kemudian.
Rakyat Libya yang berang menarik rambut bekas pemimpin itu sebelum berarak membawa Gaddafi yang sudah berlumuran darah di belakang sebuah kenderaan.
Dalam pada itu, AFPpula melaporkan pemimpin kerajaan sementara Libya, Mustafa Abdel Jalil akan mengisytiharkan pembebasan Libya dan memberi maklumat terperinci mengenai kematian Muammar Gaddafi, kata perdana menteri kerajaan sementara, Mahmud Jibril kepada pemberita.
“Abdel Jalil akan muncul hari ini atau selewat-lewatnya esok untuk mengisytiharkan pembebasan negara ini dan mengumumkan maklumat terperinci mengenai kematian Gaddafi,” kata orang nombor dua Majlis Peralihan Kebangsaan Libya (NTC) itu.
“Dengan pengumuman itu semua mereka yang jahat, termasuk Gaddafi telah dihapuskan dari negara tercinta ini ... ini adalah masa bagi Libya untuk memulakan negara baru, sebuah Libya yang bersatu, satu rakyat dan satu masa depan,” katanya.
Anak juga terbunuh
Gaddafi, 69, terbunuh dalam serangan tentera kerajaan sementara Libya dibantu oleh tentera udara Pertubuhan Perjanjian Atlantik Utara (NATO) berhampiran bandar Sirte, petang semalam.
Turut terbunuh dalam serangan itu ialah Mutassim, anak kelima Gaddafi.
Kematiannya menamatkan pemburuannya selama dua bulan sejak beliau melarikan diri setelah kejatuhan Tripoli ke tangan tentera pemberontak pada Ogos lalu.
Pegawai Majlis Peralihan Kebangsaan (NTC), Abdel Majid Mlegata, sebelum itu melaporkan Gaddafi berjaya ditangkap ketika cuba melarikan diri secara berkonvoi dalam satu serangan itu.Bekas pemimpin itu mengalami cedera parah di kedua-dua belah kakinya.
“Ketika ditangkap, dia (Gaddafi) turut dikasari dan dipukul di kepala (oleh tentera kerajaan sementara Libya),” kata Mlegata.
Gambar-gambar merakamkan keadaan pakaiannya berlumuran darah tersebar di Internet.
Seorang pegawai NTC, Mohamed Abdel Kafi berkata, jenazah Gaddafi dibawa ke satu lokasi rahsia atas faktor keselamatan.
‘‘Jenazahnya dibawa ke lokasi yang dirahsiakan menggunakan sebuah kenderaan NTC,” kata Mohamed.
Bekas Menteri Pertahanan ketika pemerintahan Gaddafi, Abu Bakr Younis turut terbunuh dalam serangan tersebut.
Gaddafi menghadapi penentangan daripada rakyatnya sejak Februari lalu sebelum melarikan diri dari Tripoli setelah ibu negara Libya itu jatuh ke tangan pemberontak dengan bantuan NATO pada Ogos lalu.
Sejak kejatuhan Tripoli, Gaddafi melarikan dan meneruskan perjuangan untuk kembali berkuasa, manakala sebahagian ahli keluarganya termasuk isteri dan anak perempuannya telah melarikan diri ke Algeria.
Sebelum ini, anak lelakinya, Khamis, 28, terbunuh dalam pertempuran di Tarhouna, selatan Tripoli, Libya pada 29 Ogos lalu.
Khamis merupakan komander Briged Elit ke-32 tentera yang dikatakan berjaya menumpaskan pemberontak di timur Benghazi pada Februari lalu.
Pada 30 April lalu, seorang lagi anak Gaddafi, Saif al-Arab dan tiga cucunya terbunuh dalam pertempuran dengan tentera NATO di Bab al-Aziziya, Tripoli.
Sumber:
Selasa, 11 Oktober 2011
Pemerintah Pakistan Dan Taliban Berdamai
Kelompok Gerakan Taliban Pakistan mempertimbangkan perundingan perdamaian dengan pemerintah, kata laporan lokal, Senin kemarin.
Pemimpin Pakistan sebelumnya menggelar pertemuan dengan semua partai dihadiri oleh pejabat militer dan intelijen bulan lalu, dan mereka bersepakat akan mencari rekonsiliasi dengan pejuang Taliban untuk mengakhiri pemberontakan.
Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani dikutip oleh surat kabar yang mengatakan pemerintah siap untuk membicarakan perdamaian. "Kami dewan syura akan memutuskan, apakah kita bisa melakukan pembicaraan dengan pemerintah dan militer," kata Maulvi Wali-ur-Rehman Mehsud, pemimpin wakil Taliban Pakistan, mengatakan kepada Tribune Ekspres.
"Tapi saya pikir kami ingin melibatkan negara-negara kita percaya ... mereka berada di dunia Arab Katakanlah Arab Saudi.."
Tehrik-e-Taliban Pakistan, atau Gerakan Taliban Pakistan (TTP), dibentuk pada bulan Desember 2007 sebagai aliansi kelompok-kelompok perjuangan di Pakistan.
Nampaknya Pakistan tidak lagi menggubris permintaan AS, yang menginginkan pemerintah Pakistan melakukan serangan militer terhadap kubu pertahanan beberapa kelompok di perbatasan Afghanistan telah gagal untuk melemahkan kelompok-kelompok.
Ribuan tentara Pakistan, polisi dan warga sipil telah tewas dalam konflik itu. Karena permintaan Amerika Serikat. Nampaknya Pakistan sudah tidak butuh lagi Amerika Serikat. (mh/tm)