Siraaj Selasa, 17 Juli 2012 08:45:09
Dia berubah menjadi pembunuh dan pemerkosa bayaran sejak
bergabung menjadi anggota milisi Syi'ah Shabiha. Dia membunuh dan memperkosa
demi bayaran yang setara dengan 450 USD per bulan plus bonus, sebelum dia
ditawan oleh 'pemberontak Suriah'.
Arsyad (bukan nama sebenarnya), yang sekarang sedang ditahan
di sebuah gua di provinsi Idlib di utara Suriah, mengatakan kepada wartawan
British Sunday Teleghraph, bahwa dia menyadari kematiannya sudah dekat.
Berdasarkan laporan koran tersebut, bahwa demi gaji yang setara dengan 450 USD
plus bonus 150 USD untuk setiap korban, Arsyad menjadi pembunuh-pemerkosa
bayaran.
Parahnya, dia mengakui bahwa dia telah menikmati setiap
menit dari tugasnya itu. Arsyad berkata, "Kami mencintai Assad karena
pemerintahnya memberikan kami semua kekuatan. Jika saya ingin untuk melakukan
sesuatu, membunuh seseorang atau memperkosa seorang gadis, Saya bisa.
Pemerintah memberikan saya 30.000 Pound Suriah (SYP) dan bonus 10.000 SYP per
orang yang saya bisa tangkap atau bunuh. Saya telah memperkosa satu gadis, dan
komandan saya memperkosa berkali-kali. Hal itu biasa saja."
Arsyad ditangkap sepekan lalu pada saat terjadi baku tembak
dengan unit Brigade Tentara Kebebasan Suriah (FSA). Dia dipenjara di sebuah gua
di dataran tinggi yang sebelumnya digunakan oleh para 'pemberontak' Suriah
untuk bersembunyi dari kejaran pasukan loyalis Assad dan penyimpanan senjata.
Namun, setelah 16 bulan revolusi berlangsung, FSA telah lebih kuat militernya,
gua-gua di dataran tinggi itu kini berubah menjadi rumah tahanan bagi pasukan
loyalis Assad yang ditangkap.
Menurut laporan, Arsyad memiliki fisik dengan otot-otot yang
besar dan kuat -umumnya ciri-ciri anggota milisi Shabiha- yang dapat dengan
mudah dikenali sebagai milisi Shabiha, ketika dia ditangkap. Para tentara rezim
Assad biasa, mungkin akan diperlakukan layaknya tahanan perang, tapi anggota
Shabiha seperti Arsyad biasanya akan dieksekusi mati, mengingat kebiadaban yang
telah mereka lakukan di provinsi tersebut. Karena dia merasa sudah tak ada
harapan lagi, Arsyad mau membuka mulutnya untuk mengungkapkan tentang
kejahatan-kejahatannya selama ini.
"Teman-teman saya bergabung dengan Shabiha, dan mereka
mendorong saya untuk bergabung dengan mereka. Saya (awalnya) ragu-ragu, dan
orang-orang di pangkalan Pasukan Angkatan Udara lokal memukuli saya hingga saya
setuju. Saya diberitahu tentang orang-orang yang tidak menyukai Assad, saya
menangkap mereka dan menempatkan mereka di penjara. Pemerintah memberikan saya
senjata," ungkap Arsyad.
Arsyad juga menceritakan bahwa salah satu pemerkosaan yang
dia dan rekan-rekannya pernah lakukan, "Dia (gadis yang menjadi korban
-red) adalah seorang mahasiswi di Universitas Aleppo. Saat itu siang hari dan
saya berjalan-jalan (dengan kendaraan) di sekitar kota dengan bos saya. Dia
melewat di jalanan. Saya berkata kepada bos saya, 'Bagaiamana menurutmu tentang
gadis ini? Bukankah dia cantik?'. Kami menariknya dan menempatkan dia di dalam
mobil. Kami pergi ke sebuah rumah kosong (yang ditinggalkan) dan kami berdua memperkosanya.
Setelah selesai, kami membunuhnya. Dia mengenali wajah kami dan tetangga kami,
jadi dia tidak boleh dibiarkan hidup."
Arsyad juga mengatakan bahwa dirinya pernah membunuh sorang
pria pada saat demonstrasi anti-Assad berlangsung di kota di provinsi tersebut.
Arsyad juga tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan di
wajahnya saat diwawancarai oleh wartawan, berbeda dengan yang pernah ditemui
oleh wartawan Sunday Teleghraph sebelumnya saat mengunjungi orang-orang yang
ditahan di penjara 'pemberontak' di Libya. "Sebaliknya, hanya sedikit
emosi yang ditunjukkan ketika saya bertanya kepadanya, mengapa dia nampak tanpa
emosi," kata wartawan Sunday Teleghraph.
Sebelum menjadi anggota Shabiha, "Saya tumbuh di sebuah
keluarga normal, saya diajari untuk menghormati wanita," kata Arsyad.
"Tetapi setan-setan mengendalikan jiwa saya pada hari-hari itu."
(siraaj/arrahmah.com)
_______________________________________________________________
Darah aku dah mendidih dengaq berita-berita macam ni. Dengan kes Marwa Sharbini lagi, Dr. Aafia Siddiqui lagi. Si s#@#&n sekor kat atas ni lagi.